Senin, 23 April 2018

“Darurat nikah muda” bagi anak muda kekinian





“deh.. kak. Mauku juga nikah muda. Masih kuliah, sudah punya anak. Sudah punya suami. Enaknya mi perasaan ta itu di’ kak. Tidak ada mi lagi kita pusingi.” Ungkap seorang junior padaku.

Betul kah kehidupan pernikahan sesederhana itu?
Memangnya menikah , trus melahirkan anak maka urusan selesai? Nyata nya, tidak seperti itu dik.

Meski , saat ini begitu banyak pasangan muda yang kau saksikan di TV, begitu mesra dalam balutan ikatan halal dan membuatmu pun ingin seperti itu. Tak perlu lah, ikut-ikutan menjadi kaum yang darurat menikah muda. Karena ada banyak hal yang harus kamu siapkan.

Pastikan kamu menikah, bukan hanya karena ingin merubah status di KTP, dari lajang menjadi kawin. Tidak sesedrhana pemikiran mu itu, dik. Kamu tidak hanya menyandang gelar Nyonya X, tapi juga menantu dari bapak dan ibu yang terhormat. Menyatukan keluarga mu dan keluarganya. Memperkenalkan om dan tante mu yang jauh dan dekat. Begitupun dia.

Menjalani kehidupan berumah tangga itu tidak ada sekolahnya. Kita hanya mempelajari dari bagaimana orang tua kita menjalani nya dahulu. Dan juga learning by doing.

Apakah kamu betul-betul sudah siap menikah? Nah, sebelum memutuskan menikah muda atau menggalaukan menikah, yuk simak point point berikut



Stok Sabar dan maklum yang Unlimited
Iya, menikah itu tentang kesabaran yang tidak ada habisnya. Kamu harus punya ini jika ingin rumah tangga langgeng terus. Karena kamu tinggal dengan orang “baru” bukan keluarga bukan pula saudara sedarah. Sedangkan saudara sedarah pun kita masih sering bertengkar apalagi dengan orang baru yang sangat berbeda dengan kita.
Ada – ada saja hal yang bisa menjadi pemicu keributan.
Misalnya saja saya dan suami harus beradu argumen soal pakaian,
karena dia mengambil baju tidak hati hati sehingga beberapa pakaian yang sudah saya rapikan di lemari jadi terbongkar. Menurutnya, mungkin itu tak masalah toh bisa di atur kembali. Iya, memang bisa di atur kembali. tapi, memangnya pekerjaanku hanya mengatur pakaian yang berantakan saja di lemari? Tidak kan. (hal ini bisa saja jadi pemicu keributan yang panjang meski di awal pernikahan ini sering terjadi) tapi makin kesini, saya mencoba memaklumi dan bersabar. Membiarkan pakaian itu terbongkar. Dan mengatur kembali pakaian pakaian itu di akhir pekan.
Atau Kamu perlu memaklumi kesalahan yang pasti tidak mungkin disengajanya untuk menyakitimu. menerima kekesalannya padamu, karena kamu belum mencuci baju andalannya dia. Padahal kamu sendiri disibuki dengan sejuta pekerjaan yang tak ada habisnya.




Jauhkan ekspektasi Indahmu tentang kehidupan pernikahan saat Single
Ekspektasi dan realita seringkali tidak sesuai. Sama halnya dengan kehidupan pernikahan ini. Kalau wakttu masih single ini kamu membayangkan hidup menikah itu bagaikan kehidupan cinderella yang bertemu pangeran, happy ever after. Tak ada lagi yang perlu di pusingkan karena ada banyak dayang dayang yang melayani mu, mungkin pikiran seperi itu bisa kamu kesampingkan. Karena nyata nya, ada banyak hal yang tidak sesuai dengan bayanganmu.
Misalnya saja kamu orang yang sangat perfeksionis, yang berpegang teguh pada prinsip. Membayangkan nanti kalau sudah menikah itu harus punya rumah sendiri, namun pada kenyataannya setelah menghitung hitung keuangan rumah tangga, kamu cuma bisa ngontrak atau sama sekali belum bisa pindah rumah. Masih numpang dengan orang tua atau mertua.
Tak msalah kalau kamu bercita cita mempunyai rencana berkeluarga seperti apa dan bagaimana, namun selalu lah siap dengan hal buruk yang akan terjadi. Karena rencana manusia tidak seindah rencana Tuhan.


Pasangan mu, not only yours
Banyak sekali orang yang berpendapat, bahwa setelah menikah itu kehidupan hanya milik mereka berdua. Yang lain hanya numpang. Nyatanya tidak seperti itu, maka seringkali orang yang single beranggapan ,kehidupan pernikahan itu tidak bebas. Terlalu mengekang.
Tapi, pada kenyataannya menikah tidak setegang itu kalau kamu menyadari bahwa pasanganmu bukan hanya milikmu. (Hahahah, jangan berpikir bahwa kamu akan berbagi pasangan). Dia juga punya teman, punya keluarga, punya komunitas mungkin. Pasanganmu pun perlu meluangkan waktunya bersama orang orang dilingkarannya. Dan tidak mengekangnya. Tapi, kalau kamu mau ikut mungkin tidak masalah. Saya pun tipe pasangan yang selalu ikut kemanapun dia pergi, itupun juga keadannya mengondisikan. Apakah saya bisa ikut atau tidak. hehhehh

Jadi, sebelum kamu membayangkan indahnya jalan berdua dengan pasangan halal, membayangkan ada yang menyeka air mata mu saat sedih atau membayangkan ada yang mencium keningmu setelah sholat, coba kamu bayangkan hal hal yang tidak mengenakkannya juga. Apakah kamu betul betul sudah siap melewatinya ataukah tidak.